Monday, 16 February 2015

Korvet Indonesia korvet terbaik

Lincah dan kecil, tapi masih lebih besar dari kapal patroli pesisir standar, korvet telah memainkan peran penting bagi beberapa angkatan laut terkuat di dunia. Berdasarkan kemampuan multi-misi, manuver dan persenjataannya, berikut 10 korvet terbaik di dunia.

INS Kamorta

Korvet Kelas Kamorta

Kelas Kamorta adalah korvet generasi baru yang dikembangkan oleh Garden Reach Shipbuilders and Engineers (GRSE) untuk Angkatan Laut India. Korvet ini utamanya didesain untuk misi anti kapal selam (ASW), namun juga dapat ditugaskan untuk misi anti permukaan dan anti udara. Total 4 korvet Kelas Kamorta dijadwalkan akan dioperasikan Angkatan Laut India antara tahun 2014 dan 2017.

Korvet kelas Kamorta menggunakan bahan komposit dan berteknologi "siluman" untuk mengurangi deteksi dari radar dan inframerah dan mengurangi kebisingan. Kamorta dipersenjatai dengan rudal jelajah anti kapal 3M-54 Klub, rudal permukaan ke udara Barak, sebuah meriam 76 mm, dua sistem senjata close-in AK-630, dua peluncur roket anti kapal selam RBU-6000, dan dua tabung torpedo triple.

Dek penerbangan pada buritan Kamorta mampu mengakomodasi helikopter Ka-28PL atau HAL Dhruv. Empat mesin Pielstick 12 PA6 STC yang dilengkapkan pada Kamorta memberikannya kecepatan maksimum 25 knot dan jangkauan 3.450 nm (6.389 km) di kecepatan 18 knot.


Tipe 056 Jiangdao
Tipe 056 Jiangdao. Gambar: 樱井千一
Type 056 Jiangdao

Tipe 056 merupakan korvet "siluman" kelas baru yang dibangun di galangan kapal Wuchan, Huangpu, Hudong-Zhongua dan Liaonan untuk Tentara Pembebasan Angkatan Laut (PLAN) China. Korvet ini menjadi kapal perang modular pertama China yang bertindak sebagai kapal patroli lepas pantai atau kapal multi peran.

Korvet Tipe 056 berdesain lambung "siluman" dan dipersenjatai dengan rudal jelajah anti kapal YJ-83 sea-skimming, sistem rudal jarak pendek FL-3000N, meriam 76 mm, dua meriam remot kontrol dan dua tabung torpedo triple.

Dek helikopter pada buritannya dapat menampung helikopter kelas Z-9. Tipe 056 menggunakan dua mesin diesel yang menggerakkan dua porosnya yang memastikannya mencapai kecepatan tertinggi lebih dari 28 knot.


Korvet kelas Khareef
Korvet kelas Khareef. Gambar via htka.hu
Korvet Kelas Khareef

Korvet Kelas Khareef dibangun oleh BAE Systems Maritime-Naval Ships untuk Angkatan Laut Kerajaan Oman. Korvet ini dapat melakukan patroli pantai, misi bantuan bencana maritim, SAR dan misi pencegahan.

Desain lambungnya yang inovatif dengan fitur "siluman" memungkinkan Khareef untuk beroperasi di dekat zona musuh tanpa terdeteksi. Desainnya yang fleksibel juga membuatnya mudah diintegrasikan dengan berbagai peralatan dan sistem senjata. Korvet ini memiliki dek penerbangan dan hangar yang cukup untuk mengakomodasi helikopter kecil hingga medium.

Khareef dipersenjatai dengan meriam Oto Melara 76 mm, dua meriam MSI DS30M 30 mm, rudal anti kapal MM-40 Exocet Block III dan rudal permukaan ke udara MBDA VL Mica untuk mengatasi ancaman dari permukaan dan udara. Dua mesin diesel MTU memberikan kapal ini kecepatan maksimum 25 knot dan jangkauan 4.500 mil.


Korvet kelas Baynunah
Korvet kelas Baynunah. Gambar via All Military Weapons
Korvet Kelas Baynunah

Baynunah adalah korvet multi misi kelas baru yang dibangun oleh Abu Dhabi Ship Building (ADSB) untuk Angkatan Laut Uni Emirat Arab. Korvet ini dirancang untuk melakukan berbagai misi antara lain patroli dan pengawasan pantai, penanggulangan ranjau, anti udara dan perang anti permukaan.

Beberapa senjata dan teknologi sensor canggih yang dilengkapkan di dalamnya membuat Baynunah sebagai salah satu korvet terbaik di dunia. Kapal ini juga dilengkapi dengan fitur "siluman" untuk meminimalisir radar cross-section dan dapat dipersenjatai dengan rudal anti kapal Exocet, rudal SeaSparrow, Mk49 Mod3 21-cell RAM launcher, meriam utama 76 mm dan dua senjata Rheinmetall MLG 27.

Korvet kelas Baynunah memiliki dek dan hangar helikopter di buritan untuk mengakomodasi helikopter berukuran medium. Korvet yang didukung oleh empat mesin diesel MTU ini menggerakkan waterjet yang memastikannya mampu mencapai kecepatan lebih dari 30 knot.


Korvet Kelas Buyan
Korvet Kelas Buyan. Gambar: russianmilitaryphotos.wordpress.com
Korvet Kelas Buyan (Project 21630)

Kelas Buyan adalah korvet yang dibangun oleh galangan kapal Almaz untuk Angkatan Laut Rusia. Buyan-M, versi modifikasi rudal dari Kelas Buyan, juga sedang dibangun di galangan kapal Almaz. Kapal ini digunakan untuk patroli zona ekonomi eksklusif dan dapat digunakan di perairan dangkal dan muara sungai untuk mendaratkan pasukan dalam mendukung misi berbasis darat.

Kelas Buyan juga menerapkan fitur "siluman" untuk mengurangi radar cross section.Open architecture pada Buyan memungkinkannya untuk diintegrasikan dengan sistem-sistem modular sesuai kebutuhan di masa mendatang. Korvet ini dipersenjatai dengan rudal anti pesawat Igla atau Igal-S, sistem peluncur roket A-215 Grad-M, meriam tunggal A-190 100 mm dan dua sistem senjata close in AK-306 30 mm.

Sistem propulsi CODAD (combined diesel and diesel) yang mengintegrasikan dua mesin diesel Zvezda M520 ditambah dengan dua pompa jet memberikannya kecepatan maksimum 28 knot dan jangkauan 1.500 nm (2.778 km).


Korvet kelas Steregushchy
Korvet kelas Steregushchy. Gambar: gtdeath13/photobucket
Korvet Kelas Steregushchy (Project 20380)

Steregushchy adalah korvet besar multi peran yang dibangun oleh galangan kapal Severnaya Verf dan Amur untuk Angkatan Laut Rusia. Kapal ini ditugaskan untuk misi patroli pantai, pengawalan dan ASW.

Steregushchy menerapkan desain "siluman" untuk mengurangi deteksi radar dan inframerah, akustik dan magnetik. Steregushchy dipersenjatai dengan rudal Kh-35, rudal 3M-54 Klub, dua sistem senjata close-in Kashtan, sebuah meriam A-190 100 mm, dua senjata AK-630M dan dua tabung torpedo quadruple.

Sistem propulsi CODAD dari Steregushchy yang mengintegrasikan empat mesin diesel 16D49 memberikannya kecepatan tertinggi 27 knot dan jangkauan 4.000 nm pada kecepatan 14 knot. Varian ekspor dari Steregushchy yang disebut sebagai Kelas Tiger, juga diorder oleh Angkatan Laut Aljazair.


Korvet Kelas Milgem
Korvet Kelas Milgem. Gambar: Turkish Naval Forces
Korvet Kelas Milgem

Korvet Kelas Milgem milik Angkatan Laut Turki dilengkapi dengan sistem senjata buatan dalam negeri dan sistem C4SI untuk mendukung misi patroli maritim, perang anti permukaan, ASW dan misi perang anti udara di perairan pesisir.

Dua korvet pertama dari kelas Milgem, TCG Heybeliada (F-511) dan TCG Büyükada (F-512) dibangun oleh galangan kapal Istanbul, dan ditugaskan ke Angkatan Laut Turki pada tahun 2013. Korvet ini juga menerapkan teknologi "siluman" dan fitur signature-reduction. Masing-masing korvet dilengkapi dengan meriam 76 mm, dua Stabilised Machine Gun Platforms (STAMP), delapan rudal anti kapal Harpoon, dan rolling airframe missile (RAM) sebagai titik pertahanan dan peluncur tripel Mk.32

Korvet Kelas Milgem didukung oleh sistem propulsi MTU combined diesel and gas (CODAG). Daya dorong untuk berlayar pada kecepatan jelajah dihasilkan oleh mesin diesel, sementara dua turbin gasnya menyediakan kecepatan yang lebih tinggi yaitu 29 knot apabila dibutuhkan.

KRI Diponegoro 365
KRI Diponegoro 365. Gambar: Maritimephoto.com
Korvet Kelas SIGMA

Korvet Kelas SIGMA dibangun oleh Damen Schelde Naval Shipbuilding sesuai dengan konsep Ship Integrated Geometrical Modularity Approach (SIGMA). Empat korvet Kelas SIGMA dikirm ke TNI AL pada rentang 2007-2009.

Kelas SIGMA berdesain modular yang memberikan operatornya fleksibilitas tinggi namun dengan biaya operasi yang minim. Korvet ini dilengkapi dengan sistem komunikasi dan pertempuran canggih, dek helikopter besar dan fasilitas akomodasi untuk 80 personel. SIGMA dirancang untuk melakukan misi patroli Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), pencegahan, SAR, dan juga misi perang anti kapal selam.

Korvet ini dapat dipersenjatai dengan rudal anti kapal Exocet, rudal permukaan ke udara TETRAL, meriam rapid gun 76 mm, dua senjata 20 mm, dan dua peluncur torpedo tripel B515. Dua mesin dieselnya menggerakkan dua poros baling-baling yang memberikannya kecepatan maksimum 28 knot dan jangkauan 3.000 nm pada kecepatan 18 knot.


Korvet Kelas Braunschweig
Korvet Kelas Braunschweig. Gambar: Torsten Bätge
Kelas K130 Braunschweig

Kelas K130 Braunschweig milik Angkatan Laut Jerman adalah lima korvet modern yang dibangun oleh konsorsium ARGE K130 yang terdiri dari Blohm+Voss, Nordseewerke dan Fr. Lürssen Werft. Korvet multi-misi ini dikerahkan untuk pengawasan permukaan, perang anti permukaan dan misi pesisir.

Kelas K130 dilengkapi dengan fitur pengurangan deteksi dari radar dan inframerah, dan dilengkapi dengan sistem pertahanan dan senjata otomatis, sensor dan sistem komunikasi. Deknya dapat menampung helikopter berukuran sedang.

Persenjataan yang diusung Kelas K130, antara lain rudal permukaan ke permukaan RBS 15MK3, rudal permukaan ke udara Rolling Airframe Missile (RAM), meriam Oto Melara 76 mm, dan dua meriam otomatis MLG 27 mm. Korvet ini didukung oleh dua mesin diesel MTU 20V 1163 TB 93 yang menggerakkan dua baling-baling yang memberikannya kecepatan maksimum lebih dari 26 knot.


Korvet Kelas Visby
Korvet Kelas Visby
Korvet Kelas Visby

Korvet siluman Kelas Visby dibangun oleh Kockums di galangan kapal Karlskrona untuk Angkatan Laut Kerajaan Swedia. Pembangunan 5 korvet ini ditujukan untuk misi perang permukaan, ASW, dan patroli maritim.

Masing-masing korvet dipersenjatai dengan meriam Bofors 57 mm Mk 3, delapan rudal permukaan ke permukaan Saab RBS15, empat torpedo Saab 40 cm, dan roket ASW.

Sistem propulsi CODOG yang mengintegrasikan empat turbin gas TF50A untuk operasi di kecepatan menengah dan tinggi, dan dua mesin diesel MTU untuk kecepatan rendah. Mesin CODOG menggerakkan dua baling-baling yang menawarkan akustik yang rendah dan kemampuan manuver yang baik. Sistem propulsinya menjadikan Visby mampu mencapai kecepatan maksimum 35 knot dan jangkauan 2.500 nm pada kecepatan 15 knot.

Jiwa Navalisme Laksamana Muda John Lie



"Jangan menjadikan bangsa ini menjadi jongos di negara lain, jongos di kapal-kapal niaga asing...Jadilah bangsa pelaut yang mempunyai armada niaga, bangsa pelaut yang mempunyai armada militer, bangsa pelaut yang kesibukannya di laut, menandingi irama gelombang lautan itu sendiri." (Presiden Soekarno)
Sayangnya, ucapan dan visi navalisme Bung Karno tersebut kandas membentur karang samudera pada masa pemerintahan Presiden selanjutnya yaitu Soeharto yang ketika melantik Kasal di awal 70-an berkata, "Indonesia membutuhkan AL yang kuat, tapi nanti."
Pertanyaanya, nantinya itu kapan? Tenggelamnya visi navalisme ini turut berkontribusi pada lemahnya kondisi kekuatan laut kita dewasa ini. Salah satu cara untuk menggerogoti Angkatan Laut adalah tidak memperkenalkan pahlawan-pahlawan bangsa yang berjuang di samudera. Wajar saja apabila bangsa ini ditanya siapa pahlawan dari Angkatan Laut, maka mulai dari anak SD, SMP hingga SMA akan menjawab hanya satu orang saja, yakni Komodor Yos Soedarso. Adakah yang kenal Wiratno, Memet Sastra Wirya, Sutedi Senodiputra, puluhan atau bahkan ratusan pahlawan Angkatan Laut lainnya?
Figur kepahlawanan Angkatan Laut pun banyak yang sirna bak ditelan gelombang lautan beserta riaknya, salah satunya adalah Laksamana Muda John Lie, yang hilang namanya setelah Orde Baru. Tidak sedikit yang belum mengetahui sosok beliau sekalipun dari anggota Angkatan Laut. Setelah upaya browsing dan membaca beberapa literatur, Penulis mencoba untuk menuangkan kembali peranan Laksamana Muda John Lie dalam merebut dan mengisi kemerdekaan RI.
Pernahkah kita mengenal pahlawan kita ini semenjak di bangku SD, SMP, SMA bahkan perguruan tinggi, sebagaimana kita mengenal Supriyadi dari Blitar, Bung Toha dari Bandung, Bung Tomo dari Surabaya dan masih banyak lagi pahlawan yang sudah terpatri di otak kita sejak anak–anak?
John Lie yang lahir dari keluarga Tionghoa di Manado 9 Maret 1911 ini awalnya merupakan mualim pada pelayaran niaga milik Belanda, Koninklijke Paketvaart Maatchappij (KPM), yang kemudian bergabung dengan ALRI. Pada masa John Lie bertugas di Cilacap, beliau berhasil membersihkan ranjau yang ditanam oleh Jepang untuk menghalau pasukan sekutu, sehingga atas jasanya ini, pangkatnya dinaikkan menjadi Mayor. Dengan menggunakan kapal motor cepat bernama "The Outlaw", dengan gagah beraninya beliau menembus blokade laut yang dilakukan AL Belanda di sekitar perairan Selat Malaka. Antara kurun waktu 1947 hingga 1949, John Lie berhasil memasok sejumlah besar senjata, amunisi dan obat-obatan kepada para pejuang dan rakyat di Sumatera. Berkat keberaniannya tersebut, "The Outlaw" dijuluki Radio BBC Inggris sebagai "The Black Speedboat" karena kemampuannya beroperasi di malam hari tanpa penerangan dan tidak pernah tertangkap Belanda. Paling sedikitnya sebanyak 15 kali John Lie berhasil melakukan operasi menembus Blokade Belanda.
Semangat Patriotisme
"Siapakah orang pribumi dan non pribumi itu? Orang pribumi adalah orang–orang yang jelas–jelas membela kepentingan negara dan bangsa. Sedangkan non pribumi adalah adalah mereka yang suka korupsi, suka pungli, suka memeras dan melakukan subversi. Mereka itu sama juga menusuk kita dari belakang. Pada hakikatnya mereka tidak mementingkan apalagi membela nasib bangsa kita. Mereka adalah pengkhianat–pengkhianat bangsa. Jadi soal pribumi dan non pribumi bukannya dilihat dari suku bangsa dan keturunan melainkan dari sudut pandang kepentingan siapa yang mereka bela." Pendapat tersebut diungkapkan oleh seorang anak bangsa Laksamana Muda John Lie yang melalui Keputusan Presidium Kabinet No.127/U/Kep/12/1966 dirubah namanya menjadi Jahja Daniel Dharma.
Jiwa nasionalismenya tumbuh seperti apa yang dikatakan Lie dalam majalah LIFE, 26 Oktober 1949:
"When I was a boy, Lie says, "I did wrong. The Lord told me to move on, and I went to the sea. I spent 15 years on Dutch sailing between Durban and Shanghai. But I saw Dutch did wrong, so once again I moved on. I went to the Holy Land. The Gold told me to go home and help make Indonesia a Garden of Eden." It is this that keeps Lie shuttling back and forth on his dangerous voyage, running in arms and bringing out raw materials such as rubber to pay for them.
Selanjutnya Roy Rowan dalam majalah tersebut mengatakan:
His stand recalled the basic government, which begun shortly after the war ended in the Pacific, over whether the Dutch were imposing a trade restriction or a blockade againts Indonesia. Believeng the Dutch were trying to struggle Indonesian Independence, Lie begun his smuggling career. He prays that his country will some day be transformed from "wild jungle" into a "Garden of Eden". But he declares vehemntly "there can be no Dutchmen in a Garden of Eden".
John Lie berpikir, seandainya nanti Indonesia diserang siapa yang akan membela? Siapa lagi kalau bukan putra putrinya! Oleh karena itu beliau sempatkan belajar di Singapura untuk: belajar dari Royal Navy tentang pengamanan dan penyapuan ranjau, belajar taktik pertempuran laut dengan mengingat kembali Perang Dunia II yang meliputi: peranan dan tugas dalam logistic ship, taktik perang laut dimana beliau juga menanamkan pentingnya indonesia memiliki kapal–kapal yang bisa digunakan untuk bergerilya di lautan, serta belajar bergaul dan bersahabat dengan tujuan untuk mempertahankan kemerdekaan RI yang dapat menggugah semangat para pemuda untuk bersukarela berjuang melawan penjajah.
Penumpasan RMS
Menyikapi kegagalan misi perdamaian dan sikap membangkang yang ditunjukan oleh RMS, pemerintah memerintahkan untuk menumpas pemberontakan tersebut. Pada tanggal 1 Mei 1950 Menpangal R.Soebijakto memerintahkan kapal perang ALRI untuk melaksanakan blokade di perairan Ambon. Pelaksanaan blokade oleh kapal–kapal korvet RI Rajawali dengan Komandan Mayor (P) John Lie, RI Pati Unus dengan Komandan Kapten S.Gino, RI Hang Tuah dengan Komandan Mayor Simanjuntak. Pendaratan di P.Buru dilaksanakan tanggal 13 Juli 1950 dan ALRI mengerahkan kekuatan eskader-eskader ALRI di bawah Komando Mayor Pelaut John Lie, dilanjutkan dengan pendaratan di P.Seram dan P.Piru. Melalui tiga titik pendaratan ini yang dibantu dengan kekuatan gabungan TNI, pasukan RMS mulai terdesak, tetapi ada sebagian kota pesisir yang masih mereka kuasai.
Akhirnya pendaratan penyerbuan dilaksanakan melibatkan ketiga angkatan. Dari ALRI di bawah Komandan Mayor (P) John Lie, terdiri dari RI Rajawali, RI Hangtuah, RI Banteng, RI Patiunus, RI Namlea, RI Piru, RI Andhis, RI Anggang, RI Amahi, kapal rumah sakit, 10 LCVP, 3 buah LCM, 2 LST, 3 KM. Pada tanggal 15 November 1950, pembersihan dalam kota Ambon selesai.
Penumpasan DI/TII
Pemberontakan Darul Islam / Tentara Islam Indonesia (DI/TII) pertama kali muncul di Jawa Barat pada tahun 1949 di bawah pimpinan Kartosuwiryo. Namun kemudian pengaruh DI meluas hingga ke Aceh pada tahun 1950 dipimpin oleh Teuku Daud Beureuh dan di Sulawesi Selatan pada tahun 1953 di bawah pimpinan Abdul Qahhar Mudzakkar. Untuk menumpas pemberontakan tersebut, pemerintah menggelar operasi militer dan operasi pemulihan keamanan yang melibatkan seluruh elemen pertahanan terkait, termasuk ALRI yang menggelar operasi patroli pantai dipimpin oleh Mayor (P) John Lie.
Operasi penumpasan di Sulawesi adalah Operasi Tri Tunggal, Operasi Malino dan Operasi Jaya Sakti bulan Oktober 1955. Dalam operasi ini, ALRI melibatkan beberapa kapal perang, di antaranya RI Rajawali dan 1 kompi KKO AL serta didukung oleh sebuah kapal angkut milik jawatan pelayaran. Dalam Operasi Tri Tunggal, diadakan pendaratan di sekitar Sungai Wawo, Sulawesi Tenggara. Operasi keamanan di Malino dilaksanakan oleh Datasemen KKO AL untuk mengamankan jalan raya antara Makassar dengan Malino. Operasi Jaya Sakti bertujuan untuk melaksanakan patroli keamanan wilayah dan pembersihan sisa-sisa pengikut DI/TII oleh 1 kompi pasukan KKO AL.
Penumpasan PRRI / Permesta
Pemerintah menggelar operasi untuk menumpas Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia di Sumatera dan Perjuangan Semesta di Sulawesi tahun 1958 dengan Komandan Operasi Kolonel Ahmad Yani, Wadan I Letkol (P) John Lie, Wadan II Letkol (U) Wiriadinata. Pada dasarnya terdapat 3 kegiatan pokok operasi pendaratan untuk menumpas PRRI yaitu Operasi Tegas, Operasi 17 Agustus dan Operasi Kurusetra. Operasi Tegas merupakan operasi gabungan untuk merebut Riau Daratan. Dalam proses ini ALRI membentuk Amphibious Task Group-27 I (ATG-27 I). Unsur ALRI yang terlibat diantaranya RI Banteng, RI Sawega, 2 kapal baru selam, 3 Penyapu Ranjau serta 1 kompi KKO AL. Operasi 17 Agustus bertugas menghancurkan pemberontak di Sumatra Barat. Dalam Operasi ini ALRI membentuk Amphibious Task Force-17 (ATF-17) yang dipimpin Letkol (P) John Lie, dan melibatkan RI Gajah Mada, RI Banteng, RI Pati Unus, RI Cepu, RI Sawega dan RI Baumasepe, serta 1 Yon KKO AL. Kapal-kapal melakukan bombardemen sekitar Kota Padang dan kemudian mengadakan operasi pendaratan pasukan KKO AL. Operasi Kurusetra merupakan operasi pembersihan sisa-sisa pemberontak di Air Bangis, Sasak dan Pasaman. Untuk pendaratan di tempat tersebut, ALRI membentuk Amphibious Task Unit-42 (ATU-42). Unsur ALRI yang terlibat di antaranya RI Katula, RI Lajuru, RI Lapai dan 1 kompi KKO AL. Pasukan KKO AL berhasil menghancurkan basis pemberontak di sepanjang Air Bangis dan Pasaman. Operasi-operasi tersebut berhasil menghancurkan kekuatan moril dan militer PRRI.
Setelah Permesta 1958 - 1959, John Lie setahun berada di India dalam tugas belajar di Defence Service Staff College, Wellington South India. Tahun 1960, John Lie menjadi anggota DPR GR dari Angkatan Laut. Tahun 1960 – 1966 menjadi Kepala Inspektur Pengangkatan Kerangka – Kerangka Kapal di seluruh Indonesia. Sebelumnya, pada Tanggal 5 Oktober 1961, Presiden Soekarno menganugerahkan tanda jasa Pahlawan kepadanya.
Itulah John Lie, pejuang prajurit dan prajurit pejuang, yang walaupun hanya lulusan akademi revolusi fisik dan tak pernah menduduki bangku Akademi Angkatan Laut, Seskoal dan Lemhanas, namun telah berjasa amat besar bagi bangsa dan negara.
Kesimpulan
Semangat patriotisme John Lie yang sebelum masuk Angkatan Laut sudah berjuang menyelundupkan senjata untuk perjuangan bangsa membuatnya dijuluki "The Great Smuggler with Bible".
John Lie adalah seorang nasionalis yang mencintai dan menempatkan negara dan bangsa di atas segala–galanya dan rela mengorbankan jiwa dan raganya dalam melawan blokade Belanda, penumpasan RMS & PRRI/Permesta. John Lie dikenal sebagai orang yang jujur, sederhana dan sangat memperhatikan kesejahteraan anak buahnya.
Semoga bangsa Indonesia ini dapat lebih menghargai dan meneladani pendahulu-pendahulunya yang berjuang tanpa pamrih. Sangat disayangkan apabila perjuangan mereka tidak dikenal oleh bangsanya sendiri. Bangsa Indonesia yang dimaksud bukan saja rakyat biasa, namun juga para pengemban amanat rakyat hasil Pemilu ini nanti.

Saksi hidup perjuangan KRI Macan Tutul

Tanggal 15  Januari Senin malam disertai hujan, tiga unit  Kapal Cepat Torpedo kelas Jaguar membelah malam, salah satunya adalah KRI Matjan Toetoel (Macan Tutul-EYD-red)  dengan nomor lambung 650 melintasi perairan Arafura.
Sebagaimana diketahui,  KRI Macan Tutul yang di dalamnya berada Komodor Laut Yos Soedarso memimpin konvoi tersebut dan berada pada formasi kapal nomor dua. Kapal ini mendapat tembakan oleh mesin perang Belanda dan akhirnya tenggelam di laut Arafura yang memiliki kedalaman yang paling dalam mencapai 3,6 kilometer dasar lautnya.
Banyak kisah dan cerita menurut berbagai versi yang kita terima tentang peristiwa heroik tesebut. Ada yang menyebutkan adanya konspirasi di sana untuk ‘menjatuhkan’ Komodor Laut Yos Soedarso akibat berseteru diam-diam dengan Soedomo.
Ada yang mengatakan KRI Macan Tutul sengaja disabot sehingga tidak dapat memutar haluan pada saat kejadian seperti 2 kapal lainnya yang dapat berpindah haluan 180 derajat pada posisinya.



Ada juga yang mengatakan bahwa Kapal tersebut dihantam oleh pesawat udara Belanda dengan bom.
Padahal cerita sebenarnya  tidak seperti kisah tersebut. Mari kita dengarkan kisah dari sisa saksi sejarah, pelaku peristiwa tersebut yang ternyata telah lama mengasingkan dirinya dari publikasi dan perhatian umum pada kisah berikut ini.
Cerita seorang Juru Mesin di KRI Macan Tutul.
Namanya Soejono, usianya kini sekitar 65 tahun (pengakuannya). Entah sudah berganti nama apa tidak, yang jelas ia masuk wajib Militer di Surabaya tahun 1960. Dia diterima di Angkatan Laut. Setelah menjalani berbagai test dan penilaian dia diterima menjadi juru mesin dan ditempatkan di kapal RI Macan Tutul.
Setelah hampir setahun ia berada di sana, suatu hari ia melihat kapalnya sangat banyak diisi  dengan makanan dan amunisi untuk dibawa ke Irian Barat. Dari cerita ke cerita dengan sesama rekan ABK barulah diketahui tujuan mereka adalah ke Sorong untuk membebaskan Irian Barat dalam misi operasi Tiga Komando rakyat atau  Trikora.
Awalnya dia enggan bercerita. Sorot matanya menerawang tatkala didesak apa yang dialaminya selama ikut  dalam pembebasan Irian barat. Dia menghela nafasnya. Ia mengatakan bahwa selama ini ia menyimpan rapat-rapat rahasia itu pada siapapun termasuk tidak bercerita kepada anaknya sekalipun.
Tapi kini ia  merasa perlu berterus terang . Hal ini terjadi setelah didesak berulang kali dan  mendapat kepastian bahwa jasanya dalam misi tersebut pasti sangat dihargai oleh Pemerintah yang saat ini sedang menggiatkan program gelora Nasionalisme di seluruh tanah air.
Ia mengatakan tak perlu lagi dengan penghargaan apapun. Ia merasa harusnya telah ikut mati saja bersama Yos Sudarso. Ia merasa menyesal  selamat dari peristiwa tersebut setelah melihat kenyataan demi kenyataan dalam membangun negara saat ini . “Sungguh sangat mengecewakan karena dipenuhi oleh pelaku koprupsi dan penjahat yang melukai ibu pertiwi..” katanya lirih.
Pak Soejono mulai bercerita. Malam itu dia tidak memiliki firasat apa-apa. Seperti biasa ia hanya bertugas mengurus mesin kapal agar berfungsi dengan optimal. Kapal  baru dibeli dari Jerman itu memang tidak mengalami kendala teknis seperti yang terjadi pada KRI Singa yang urung beroperasi akibat kesalahan teknis. Tapi pada misi rahasia ini dia dituntut memberi jaminan mesin kapal dalam posisi baik.
Dia mengatakan ketika kapalnya berada di sebuah kordinat sekitar Laut Aru, tiba tiba dia mendenngar suara menggelegar di buritan kapal yang membuat kapal itu bergoyang dan oleng. Sejenak kemudian kapal itu mulai terangkat haluannya. Seluruh ABK  panik dan berlarian mengambil posisi masing-masing.
Komodor Yos Sudarso dan Kapten Kapal memilih bertahan di dalam ruang kemudi. Mereka mengikat dirinya pada kemudi kapal bersama dengan surat-surat penting yang dapat mereka raih. Dalam hitungan menit, kapal itu seperti mundur dan mulai tersedot oleh laut. Dalam keadaan cuaca malam dan hujan satu persatu anak buah kapal perang itu lompat jumpalitan ke laut.
Suara teriakan ABK pun kemudian senyap hilang ditelan arus samudra Arafura yang terkenal dalam dan angker itu. KRI Macan Tutul lennyap seketika tanpa bekas ke dasar samudra membawa seluruh isinya selamanya.
Pak Soejono bersama dua orang rekannya (dia masih ingat namanya Prada Lucas dan Pratu Herman) berpegangan erat pada benda yang mereka bawa saat mencebur ke laut. Mereka mengikatkan tubuh mereka masing-masing pada benda itu sehingga tetap mengapung meskipun dalam keadaan lelah. Tidak disebutkan benada apakah itu, yang jelas mampu mengapungkan mereka bertiga pada malam itu hingga beberapa hari berikutnya.
Pada hari ke dua, cuca mendung, badan mereka yang terus menerus basah membuat lapar dan haus tiada tara. Menjelang sore, prada Lucas meninggal dunia akibat kelaparan dan shock. Mereka berdua terpaksa melepaskan prada Lucas dari ikatannya ke laut. Mereka putuskan tidak membawa prada Lucas yang telah menjadi mayat karena akan menganggu keselamatan mereka.
Dengan rasa sedih yang tidak terkira, mereka memandangi temannya itu mengapung sebelum akhirnya tenggelam dan hilang dari pandangan mereka berdua. Hanya doa mereka panjatkan kepada sang Pencipta mengiringi kepergian teman mereka tanpa tembakan salvo kehormatan dan tanpa upacara apapun.
Memasuki hari ke lima, giliran pratu Herman yang meninggal setelah tidak mampu lagi menahan lapar dan kelehan serta kedinginan yang amat sangat. Sekali lagi, kini pak Soejono yang harus melepas sendiri ikatan pratu Herman.
Kesedihannya kali ini hampir membuatnya putus asa, rasanya ia ingin ikut serta karena tidak mengetahui sampai kapan menemukan harapan untuk hidup. Ia merasakan penderitaan yang tidak bertepi, tak ada tanda-tanda adanya bala bantuan padanya  untuk kembali hidup.
Hari ke Enam, ia mulai makan baju kaos oblongnya sendiri. Hanya itulah makanan yang dia punya. Minum air laut dan mengadahkan wajah ke langit saat hujan datang menerpa. Kondisi berlarut seperti itu tidak mampu mengobati lagi kekuatan hati dan fisiknya  untuk  bersikap normal. Akhirnya ia pingsan tidak sadarkan diri.
Ketika ia terbangun, dia menemukan dirinya sudah terdampar di ujung pulau Sulawesi, tepatnya di daerah Lokon Kabupaten Minahasa Manado, Sulut. Dia ternyata diselamatkan oleh nelayan yang melihatnya mengapung di dekat pantai. Nelayan itu lalu membawanya ke rumah mereka dan merawat pak Soejono selama 10 hari sampai sehat dan kuat kembali.
Ketika dia sudah sehat dan kuat ingatannya barulah dia sadar ternyata dia bertahan hidup di laut dalam keadaan tak ada harapan untuk hidup selama seminggu lamanya, tapi ternyata Tuhan maha penasih dan penyayang memberi takdir lain sehingga pak Soejono diberi panjang usianya sampai kini.
Sebulan setelah peristiwa heroik
Setelah tinggal bersama nelayan selama 20 hari, atau hampir sebulan setelah peristiwa tenggelamnya KRI Macan Tutul, pak Soejono memilih berangkat ke Makasar. Di sana ia membuat laporan dan menyerahkan dirinya kepada Polisi Militer di Makasar. Kalau tidak salah -katanya- ia akhirnya ditampung di mess Polisi Militer selama hamir satu bulan lamanya.
Pada suatu hari, pak Soejono merasakan betapa membosankan tinggal di barak tersebut tanpa bekerja apapun dan tidak diberi tugas apapun, ia hanya makan, tidur, ngobrol, mondar-mandir dan sekali-sekali temannya ingin mendengarkan kisahnya. Ia pun akhirnya memilih minggat dari sana tanpa pemberitahuan.
Pak Soejono memilih berangkat ke Surabaya. Dia pun menumpang kapal penumpang ke sana. Akan tetapi nasib nahas, setiba di pelabuhan Tanjung Perak, sudah ada pihak Polisi Militer yang “menjemputnya’ dan ia pun di bawa lagi ke markas. Tapi kali ini pak Soejono terpaksa harus meringkuk di sel karena ternyata pak Soejono dianggap melarikan diri dari pengawasan PM di Makassar.
Pak Soejono kecewa dan heran karena tidak menduga sikapnya itu ternayta dianggap menyalahi aturan dalam militer aktif. Akhirnya pak Soejono kembali ditahan dalam sel tahanan militer untuk mendapat proses lebih lanjut.
Entah nasib apa yang dialami oleh pak Soejono, kali ini ia bisa meloloskan diri dari tahanan militer tersebut. Ia pun pergi jauh-jauh dari pulau jawa. Kali ini ia memilih Kalimantan Barat sebagai tujuannya. Setibanya ia di Pontianak dia memilih tinggal jauh dari Pontianak, ia tinggal di pedalaman sejauh 200 Km dari Pontianak, tepatnya di sekitar Kabupaten Sanggau.
Di sini ia menemukan gadis idamannya seorang wanita dari pulau Jawa yang berparas cantik dan menggoda hatinya, mereka pun menikah. Setelah situasi dirasakan benar-benar aman, barulah ia pindah ke Pontianak. Pak Soejono ingat, dia pindah ke Pontianak pada saat Presiden Soeharto memasuki  periode ke dua sebagai presdien RI, jadi kalau tidak salah pada tahun 1975 atau 1976.
Kini di usia rentanya ke 66 tahun, pak Soejono hanya mengisi hidupnya di rumah dengan mendengarkan berita, membaca koran dan melihat kebun di depan halamannya rumahnya yang reot dan kumuh. Tidak ada yang merawat pak Soejono. Penampilannya dengan rambut seluruhnya uban, sorotan mata yang lelah, tubuh yang kurus dan ringkih membuat pak Soejono tak ada yang mengira bahwa ialah salah satu saksi hidup yang masih tertinggal untuk memberi cerita nyata betapa kisah pertempuran di laut Aru yang mengorbankan Komodor Laut Yos Sudarso ternyata menyisakan kenangan pilu salah satu ABK nya, yaitu pak Soejono.
Meskipun terlihat ringkih dan kurus, namun ketika coba disinggung tentang Nasionalisme dan kebangsaan semagnatnya memuncak. Ia mengomentari betapa mengecewakan dirinya melihat ulah dan polah para pejabat negara saat ini yang tega melukai Ibu Pertiwi dengan mengatasnamakan kebangsaan dan nasionalisme melalui Korupsi dan kejahatan terorganisir lainnya. Rasanya tak ada nilai dan arti apa-apa yang telah diberikan oleh para pahlawan dan prajurit yang telah rela mengorbankan jiwa dan raganya demi tanah air namun ternyata hasilnya hanya melahirkan para pelaku kejahatan terhadap Ibu Pertiwi ini dengan beraneka jenis kebohongan demi kebohongan.
Di akhir ceritanya, dia seperti sesegukan ketika ditanyakan apakah bersedia diperkenalkan kepada pejabat terkait dan publik masih ada saksi hidup atas peristiwa besar dalam sejarah memperjuangkan Irian Barat pada masa Trikora, yaitu dirinya sendiri?
Dia menghela nafasnya. Bola matanya yang mulai kusam kelihatan basah menetes air matanya, tapi dia berusaha tersenyum. Dia mengatakan pelan sambil melihat kelangit-langit rumahnya yang rompal penuh sarang laba-laba. “Biralah yang lalu berlalu. Saya tidak ingin dikenang sebagai apa pun walau penghargaan setinggi apapun diberikan kepada saya. Biarlah saya tenang sebelum kembali menghadap kepada Nya. Saya tidak menginginkan apa-apa lagi selain persiapan amal saya sebelum kembali kepada Nya”
Pertanyaan saya yang terakhir, “Bolehkan pertemuan ini saya masukkan ke dalam berita di Blog paling saya senangi?”(Kompasiana -red)
“Tak usah. Jangan pak. Jangan. Saya tidak ingin dipublikasikan lagi. Jika pun dipublikasikan, saya tak akan bersedia memberi komentar apapun dan pengakuan apapun nantinya jika ada yang menanyakan  tentang hal itu, karena saya menginginkan ketenangan menjelang akhir hidup saya.”
Tanpa terasa saya telah berbicara dengan bapak yang memilki pengalaman seru dan heroik ini hampir 90 menit. Sebelum meninggalkan beliau di rumahnya itu, saya mohon izin memuat kisah ini dengan catatan tidak akan memberi informasi apapun tentang keberadaannya karena pesan dari pelaku sejarah ini  kepada saya memang seperti itu.
Tentu saya akan memberikan tulisan ini kepada beliau dalam bentuk kliping setelah dicetak untuk menjadi kenang-kenangan beliau sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan kita..
Kesimpulan :
Jika mengacu kepada cerita pak Soejono di atas, ada beberapa kesimpulan yang dapat kita tarik, yaitu :
  1. Tenggelamnya RI Macan Tutul bukan karena operasi Gabungan, jadi tidak perlu lagi  ada polemik antara TNI AL dan AU.

  2. Tenggelamnya RI Macan Tutul bukan karena karena pertempuran di bom oleh serangan pesawat  Belanda, melainkan karena posisi Kapal kita telah terdeteksi oleh Belanda sejak awal.

  3. Ada kemungkinan pergerakan konvoi Kapal Perang kita telah ‘bocor’ dan diintai oleh Belanda. Apakah awal bocornya di Jakarta atau di manapun yang jelas posisi kapal kita telah diketahui letaknya lebih dahulu sebelum sempat melakukan fase eksploitasi di Irian Barat.

  4. Tenggelamnya kapal RI Macan Tutul masih simpang siur. Kejadian yang sebenarnya adalah tanggal 15 Januari 1962, bukan tanggal 13 Januari, yakni  bersamaan dengan gugurnya Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal*) Komodor Laut Yos Sudarso dalam usianya 36 tahun (lahir Salatiga 24 Nopember 1925).
Demikian rekan pembaca budiman, tulisan ini dipersembahkan kepada pembaca semoga bermanfaat. Pesan dari tulisan ini sederhana saja, yaitu Bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai jasa pahlawannya. Pesan terakhir Komodor Yos Soedarso pun masih terngiang-ngiang sampai sekarang “ Teruskan Perjuangan…!”

Tuesday, 3 February 2015

Hanya bermodal HP android bisa mendapatkan $10 melalui WHAFF


Jika Anda Punya hp Android ? Rugi kalau cuma buat sms, telepon dan on line saja. Karena dengan hp Android kita bisa menghasilkan uang. Langsung saja cara mendapatkan uang:


1. Masuk ke Google Play, Search : WHAFF (ukuran 14MB)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.whaff.whaff


2. Donwload dan Install di Mobile.
3. Kemudian buka dan Login dengan FB (atas) dan masukan Premium Code Invite :AU10682 (harus masukin kode ini karena setelah masukin kode ini akan mendapatkan $)


4. Selesai deh.

Setelah berhasil login silahkan lakukan like FP dari WHAFF dan beberapa aksi lainnya untuk mendapatkan uang

Note: untuk mendapatkan $ anda cuman klik View Dan Instal Yang ada Di Tab Premium Picks dan WHAFF Picks
ikuti perintah dengan benar agar mendapat $  
Sekali ;agi invite no : AU10682

PELUANG USAHA UNTUK PENGUNA ANDROID !!!



Punya hp Android ? Rugi kalau cuma buat sms, telepon dan games Karena dengan hp Android kita bisa menghasilkan uang!! Serius aku kaga bohong dan bukan cuma janji2 semata. Langsung saja cara mendapatkan dolar dengan aplikasi WHAFF REWARD :



1. Open di play store kamu, cari WHAFF Rewards
2. Download dan Install di Android kamu
3. Kemudian buka dan Login dengan FB (atas) dan masukan Premium Code Invite : AU10682 (harus masukin kode ini karena setelah masukin kode ini kamu akan mendapatkan uang $0.30 ) ingat dan catat kodenya...jgn sampe salah ntar gak dpt bonus pertama sebesar $0,30...KODENYA: AU10682
4. Setelah berhasil login silahkan lakukan like FB dari WHAFF dan beberapa aksi lainnya dan dapatkan uang kembali, cukup gampang kan.. Kamu bisa dapatin 50-100rb/hari jika kamu rajin guy bahkan lebih.. dgn donload game atau main game melalui whaff... atau invite teman tunggu apa lagi..
5. Jika saldomu sudah mencapai $10 baru bisa masuk uangmu di paypal berikutnya terserah mau belanja atau transfer ke rek bank dan bisa juga di tukar utk belanja playstore dan lain2..
Ayo gan tunggu apa lagi..
6. Aplikasi WHAFF rewards ini kurang lebih mirip dengan Google Adsense klik iklan dapet duit.. cuma dibuat lebih gampangan dan interaktif..
Tentu gak ada salahnya mencoba..
7. Program WHAFF rewards mendapatkan uang dolar ini nyata gan tidak ada unsur penipuan maupun jebakan dan sdh saya tes sampai detik ini masih berjalan.. dan bisa cek atau tanya google apa itu WHAFF rewards..
thanks guy..


Gungho Band batalyon infanteri -1 marinir (pergi demi tugas pulang untuk cinta)

Lagu Lagu Kopasus

Derap Langkah