Wednesday, 28 January 2015

kisah kepahlawanan Usman dan Harun

Nama Usman dan Harun saat ini menjadi berita hangat di media massa setelah TNI AL akan menamakan sebuah kapal perang TNI AL (KRI) dengan nama Usman Harun. Pemerintah Singapura keberatan, sebab keduanya adalah orang-orang yang dianggap teroris oleh Singapura, sementara di Tanah Air, dia adalah pahlawan bangsa.
Ya, Usman Harun merupakan nama dua prajurit Korps Komando Operasi (KKO) pada periode 1960-an, atau yang disebut Marinir AL sekarang ini. Keduanya diberi gelar pahlawan nasional setelah dihukum mati oleh Pemerintah Singapura lantaran diduga melakukan aksi terorisme di Macdonald House.
Dari mana berawal?
Semuanya berawal ketika pada 31 Agustus 1957 berdiri negara Persemakmuran Malaya. Saat itu Singapura ingin bergabung dalam persemakmuran namun ditolak oleh Inggris. Lalu pada 16 September 1963 dibentuk federasi baru bernama Malaysia yang merupakan negara gabungan Singapura, Kalimantan Utara (Sabah), dan Sarawak.
Kesultanan Brunei kendatipun ingin bergabung dengan Malaysia, namun tekanan oposisi yang kuat lalu menarik diri. Alasan utama penarikan diri adalah Brunei merasa memiliki banyak sumber minyak, yang nanti akan jatuh ke pemerintahan pusat (Malaysia).
Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno sejak semula menentang keinginan Federasi Malaya yang tidak sesuai dengan perjanjian Manila Accord. Presiden Soekarno menganggap pembentukan Federasi Malaysia sebagai “boneka Inggris” merupakan kolonialisme dan imperialisme dalam bentuk baru serta dukungan terhadap berbagai gangguan keamanan dalam negeri dan pemberontakan di Indonesia.
Maka dibentuklah sukarelawan untuk dikirim ke negara itu setelah dikomandokannya Dwikora oleh Presiden Sukarno pada tanggal 3 Mei 1964 di Jakarta.
Adalah Harun Said dan Usman Hj Mohd Ali, dua anggota KKO (Korps Komando Operasi -kini dikenal dengan Korps Marinir) yang diberangkatkan ke Singapura dengan menggunakan perahu karet. Tugasnya adalah menyabotase kepentingan-kepentingan Malaysia dan Singapura.
Berikut ini adalah catatan perjalanan dua Pahlawan Nasional itu sebagaimana tersimpan dalam catatan sejarah KKO.

Pahlawan Nasional; Usman dan Harun
Memasuki wilayah Singapura (Catatan: Ejaan dan penulisan banyak ditulis secara apa adanya dari sumber tulisan, yakni blognya Om Mimbar) 
Tanggal 8 Maret 1965 pada waktu tengah malam buta, saat air laut tenang, ketiga sukarelawan ini mendayung perahu. Sukarelawan itu dapat melakukan tugasnya berkat latihan-latihan dan ketabahan mereka. Dengan cara hati-hati dan orientasi yang terarah mereka mengamati tempat-tempat penting yang akan dijadikan obyek sasaran, dan tugas mengamati sasaran-sasaran ini dilakukan sampa larut malam. Setelah memberikan laporan singkat, mereka mengadakan pertemuan di tempat rahasia untuk melaporkan hasil pengamatan masing-masing. Atas kelihaiannya mereka dapat berhasil kembali ke induk pasukannya, yaitu Pulau Sambu sebaga Basis II di mana Usman dan Harus bertugas.
Pada malam harinya Usman memesan anak buahnya agar berkumpul kembali untuk merencanakan tugas-tugas yang harus dilaksanakan, disesuaikan dengan hasil penyelidikan mereka masing-masing. Setelah memberikan laporan singkat,mereka mengadakan perundingan tentang langkah yang akan ditempuh karena belum adanya rasa kepuasan tentang penelitian singkat yang mereka lakukan,ketiga sukarelawan di bawah pimpinan Usman, bersepakat untuk kembali lagi ke daerah sasaran untuk melakukan penelitian yang mendalam. Sehingga apa yangdibebankan oleh atasannya akan membawa hasil yang gemilang.
Di tengah malam buta, di saat kota Singapura mulai sepi dengan kebulatan dan kesepakatan, mereka memutuskan untuk melakukan peledakan Hotel Mac Donald. Diharapkan dapat menimbulkan kepanikan dalam masyarakat sekitarnya. Hotel tersebut terletak di Orchad Road sebuah pusat keramaian d kota Singapura.Pada malam harinya Usman dan kedua anggotanya kembali menyusuri Orchad Road.
Di tengah-tengah kesibukan dan keramaian kota Singapura ketiga putra Indonesia bergerak menuju ke sasaran yang ditentukan, tetapi karena pada saat itu suasana belum mengijinkan akhirnya mereka menunggu waktu yang paling tepat untuk menjalankan tugas.
Setelah berangsur-angsur sepi,mulailah mereka dengan gesit mengadakan gerakan-gerakan menyusup untuk memasang bahan peledak seberat 12,5 kg.
Dalam keheningan malam kira-kira pukul 03.07 malam tersentaklah penduduk kota Singapura oleh ledakan yang dahsyat seperti gunung meletus. Ternyata ledakan tersebut berasal dari bagian bawah Hotel Mac Donald yang terbuat dari beton cor tulang, hancur berantakan dan pecahannya menyebar ke penjuru sekitarnya. Penghuni hotel yang mewah itu kalang kabut, saling berdesakan ingin keluar untuk menyelamatkan diri masing-masing. Demikian pula penghuni toko sekitarnya berusaha lari dari dalam tokonya.
Beberapa penghuni hotel dan toko ada yang tertimbun oleh reruntuhan sehingga mengalami luka berat dan ringan. Dalam peristiwa ini, 20 buah toko di sekitar hotel itu mengalami kerusakan berat, 24 buah kendaraan sedan hancur, 30 orang meninggal, 35 orang mengalami luka-luka berat dan ringan. Di antara orang-orang yang berdesakan dari dalam gedung ingin keluar dari hotel tersebut tampak seorang pemuda ganteng yang tak lain adalah Usman.
Di tengah suasana yang penuh kepanikan bagi penghuni Hotel Mac Donald dan sekitarnya, Usman dan anggotanya dengan tenang berjalan semakin menjauh ditelan kegelapan malam untuk menghindar dari kecurigaan. Mereka kembali memencar menuju tempat perlindungan masing-masing.

Mc Donald House
Pada hari itu juga tanggal 10 Maret 1965 mereka berkumpul kembali. Bersepakat bagaimana caranya untuk kembali ke pangkalan. Situasi menjadi sulit, seluruh aparat keamanan Singapura dikerahkan untuk mencari pelaku yang meledakkan Hotel Mac Donald.
Melihat situasi demikian sulitnya, lagi pula penjagaan sangat ketat, tak ada celah selubang jarumpun untuk bisa ditembus. Sulit bagi Usman, Harun dan Gani keluar dari wilayah Singapura.Untuk mencari jalan keluar, Usman dan anggotanya sepakat untuk menerobos penjagaan dengan menempuh jalan masing-masing, Usman bersama Harun,sedangkan Gani bergerak sendiri.
Setelah berhasil melaksanakan tugas, pada tanggal 11 Maret 1965 Usman dan anggotanya bertemu kembali dengan diawali salam kemenangan, karena apa yang mereka lakukan berhasil. Dengan kata sepakat telah disetujui secara bulat untuk kembali ke pangkalan dan sekaligus melaporkan hasil yang telah dicapai kepada atasannya.
Sebelum berpisah Usman menyampaikan pesan kepada anggotanya, barang siapa yang lebih dahulu sampai ke induk pasukan, supaya melaporkan hasil tugas telah dilakukan kepada atasan. Mulai saat inilah Usman dan Harus berpisah dengan Gani sampai akhir hidupnya.
Gagal kembali ke pangkalan  
Usaha ketiga sukarelawan kembali ke pangkalan dengan jalan masing-masing.Tetapi Usman yang bertindak sebagai pimpinan tidak mau melepas Harun berjalan sendiri, hal ini karena Usman sendiri belum faham betul dengan daerah Singapura, walaupun ia sering memasuki daerah ini. Karena itu Usman meminta kepada Harun supaya mereka bersama-sama mencari jalan keluar ke pangkalan.
Untuk menghindari kecurigaan terhadap mereka berdua, mereka berjalan saling berjauhan, seolah-olah kelihatan yang satu dengan yang lain tidak ada hubungan sama sekali. Namun walaupun demikian tetap tidak lepas dari pengawasan masing-masing dan ikatan mereka dijalin dengan isyarat tertentu. Semua jalan telah mereka tempuh, namun semua itu gagal.
Dengan berbagai usaha akhirnya mereka berdua dapat memasuki pelabuhanSingapura, mereka dapat menaiki kapal dagang Begama yang pada waktu itu akan berlayar menuju Bangkok. Kedua anak muda itu menyamar sebagai pelayan dapur.Sampai tanggal 12 Maret 1965 mereka berdua bersembunyi di kapal tersebut.Tetapi pada malam itu, waktu kapten kapal Begama mengetahui ada dua orang yang bukan anak buahnya berada dalam kapal, dia mengusir mereka dari kapal. Kalau tidak mau pergi dari kapalnya, akan dilaporkan kepada polisi. Alasan mengusir kedua pemuda itu karena mereka takut diketahui oleh Pemerintah Singapura dan kapalnya akan ditahan. Akhirnya pada tanggal 13 Maret 1965 kedua sukarelawan Indonesia keluar dari persembunyiannya.
Usman dan Harun terus berusaha mencari sebuah kapal tempat bersembunyi supaya dapat keluar dari daerah Singapura. Ketika mereka sedang mencari-cari kapal, tiba-tiba tampaklah sebuah motorboat yang dikemudikan oleh seorang Cina. Daripada tidak berbuat akan tertangkap, lebih baik berbuat dengan dua kemungkinan tertangkap atau dapat lolos dari bahaya. Akhirnya dengan tidak pikir panjang mereka merebut motorboat dari pengemudinya dan dengan cekatan mereka mengambil alih kemudi, kemudian haluan diarahkan menuju ke Pulau Sambu.
Tetapi apa daya manusia boleh berencana, Tuhan yang menentukan.Sebelum mereka sampai ke perbatasan perairan Singapura, motorboatnya macet ditengah laut. Mereka tidak dapat lagi menghindari diri dari patroli musuh,sehingga pada pukul 09.00 tanggal 13 Maret 1965 Usman dan Harun tertangkap dan dibawa ke Singapura sebagai tawanan.
Mereka menyerahkan diri kepada Tuhan, semua dihadapi walau apa yang terjadi, karena usaha telah maksimal untuk mencari jalan. Nasib manusia di tanganTuhan, semua itu adalah kehendak-Nya. Karena itulah Usman dan Harus tenang saja, tidak ada rasa takut dan penyesalan yang terdapat pada diri mereka.
Sebelum diadili mereka berdua mendekam dalam penjara. Mereka dengan sabar menunggu saat mereka akan dibawa ke meja hijau. Alam Indonesia telah ditinggalkan, apakah untuk tinggal selama-lamanya, semua itu hanya Tuhan yang Maha Mengetahui.
Tabah sampai akhir
Proses Pengadilan. 
Usman dan Harun selama kurang lebih 8 bulan telah meringkuk di dalam penjara Singapura sebagai tawanan dan mereka dengan tabah menunggu prosesnya. Pada tanggal 4 Oktober 1965 Usman dan Harun dihadapkan ke depan sidang Pengadilan Mahkamah Tinggi (High Court) Singapura dengan J. Chua sebagai hakim.
Usman dai Harun dihadapkan ke Sidang Pengadilan Tinggi (High Court) Singapura dengan tuduhan :
1. Menurut ketentuan International Security Act Usman dan Harun telah melanggar Control Area.
2. Telah melakukan pembunuhan terhadap tiga orang.
3. Telah menempatkan alat peledak dan menyalakannya.
Dalam proses pengadilan ini, Usman dan Harun tidak dilakukan pemeriksaan pendahuluan, sesuai dengan Emergency Crimina Trials Regulation tahun 1964. Dalam Sidang Pengadilan Tinggi (Hight Court) kedua tertuduh Usman dan Harun telah menolak semua tuduhan itu. Hal ini mereka lakukan bukan kehendak sendiri, karena dalam keadaan perang. Oleh karena itu mereka meminta kepada sidang supaya mereka dilakukan sebagai tawanan perang (Prisoner of War).
Namun tangkisan tertuduh Usman dan Harun tidak mendapat tanggapan yang layak dari sidang majelis. Hakim telah menolak permintaan tertuduh, karena sewaktu kedua tertuduh tertangkap tidak memakai pakaian militer. Persidangan berjalan kurang lebih dua minggu dan pada tanggal 20 Oktober 1965 SidangPengadilan Tinggi (Hight Court) yan dipimpin oleh Hakim J. Chua memutuskan bahwa Usman dan Harun telah melakukan sabotase dan mengakibatkan meninggalnyatiga orang sipil.
Dengan dalih ini, kedua tertuduh dijatuhi hukuman mati.
Pada tanggal 6 Juni 1966 Usman dan Harun naik banding ke FederalCourt of Malaysia dengan Hakim yang mengadilinya: Chong Yiu, Tan Ah Tah danJ.J. Amrose.
Pada tanggal 5 Oktober 1966 Federal Court of Malaysia menolak perkara naik banding Usman dan Harun. Kemudian pada tanggal 17 Februari 1967perkara tersebut diajukan lagi ke Privy Council di London.
Dalam kasus ini Pemerintah Indonesia menyediakan empat Sarjana Hukum sebagai pembela yaitu Mr. Barga dari Singapura, Noel Benyamin dari Malayasia, Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja SH dari Indonesia, dan Letkol  (L) Gani Djemat SH Atase ALRI di Singapura.
Usaha penyelamatan jiwa kedua pemuda Indonesia itu gagal. Surat penolakan datang pada tanggal 21 Mei 1968.
Setelah usaha naik banding mengenai perkara Usman dan Harun ke Badan Tertinggi yang berlaku di Singapura itu gagal, maka usaha terakhir adalah untuk mendapat grasi dari Presiden Singapura Yusuf bin Ishak. Permohonan ini diajukan pada tanggal 1 Juni 1968. Bersamaan dengan itu usaha penyelamatan kedua prajurit oleh Pemerintah Indonesia makin ditingkatkan.
Kedutaan RI di Singapura diperintahkan untuk mempergunakan segala upaya yang mungkin dapat dijalankan guna memperoleh pengampunan. Setidak-tidaknya memperingan kedua sukarelawan Indonesia tersebut.
Pada tanggal 4 Mei 1968 Menteri Luar Negeri Adam Malik berusaha melalui Menteri Luar Negeri Singapura membantu usaha yang dilakukan KBRI. Ternyata usaha inipun mengalami kegagalan. Pada tanggal 9 Oktober 1968, Menlu Singapura menyatakan bahwa permohonan grasi atas hukuman mati Usman dan Harun ditolak oleh Presiden Singapura.
Pemerintah Indonesia dalam saat-saat terakhir hidup Usman dan Harun terus berusaha mencari jalan. Pada tanggal 15 Oktober 1968 Presiden Suharto mengirim utusan pribadi, Brigjen TNI Tjokropanolo ke Singapura untuk menyelamatkan kedua patriot Indonesia.
Pada saat itu PM Malaysia Tengku Abdulrahman juga meminta kepada Pemerintah Singapura agar mengabulkan permintaan Pemerintah Indonesia. Namun Pemerintah Singapura tetap pada pendiriannya tidak mengabulkannya. Bahkan demi untuk menjaga prinsip-prinsip tertib hukum, Singapura tetap akan melaksanakan hukuman mati terhadap dua orang KKO Usman dan Harun, yang akan dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober1968 pukul 06.00 pagi waktu Singapura.
Permintan terakhir Presiden Suharto agar pelaksanaan hukuman terhadap kedua mereka ini dapat ditunda satu minggu untuk mempertemukan kedua terhukum dengan orang tuanya dan sanak farmilinya. Permintaan ini juga ditolak oleh Pemerintah Singapura yang tetap pada keputusannya, melaksanakan hukuman gantung terhadap Usman dan Harun.
Pesan terakhir
Waktu berjalan terus dan sampailah pada pelaksanaan hukuman, di mana Pemerintah Singapura telah memutuskan dan menentukan bahwa pelaksanaan hukuman gantung terhadap Usman dan Harun tanggal 17 Oktober 1968, tepat pukul 06.00 pagi.
Dunia merasa terharu memikirkan nasib kedua patriot Indonesia yang gagah perkasa, tabah dan menyerahkan semua itu kepadapencipta-Nya.
Seluruh rakyat Indonesia ikut merasakan nasib kedua patriot ini. Demikian juga dengan Pemerintah Indonesia, para pemimpin terus berusaha untuk menyelesaikan masalah ini. Sebab merupakan masalah nasional yang menyangkut perlindungan dan pembelaan warga negaranya.
Satu malam sebelum pelaksanaan hukuman, hari Rabu sore tanggal 16 Oktober 1968, Brigjen TIN Tjokropranolo sebagai utusan pribadi Presiden Suharto datang ke penjara Changi. Dengan diantar Kuasa Usaha Republik Indonesia di Singapura Kolonel A. Ramli dan didampingi Atase Angkatan Laut Letkol ((G) Gani Djemat SH, dapat berhadapan dengan Usman dan Harun di balik terali besi yang menyeramkan pada pukul16.00. Tempat inilah yang telah dirasakan oleh Usman dan Harun selama dalam penjara dan di tempat ini pula hidupnya berakhir.
Para utusan merasa kagum karena telah sekian tahun meringkuk dalam penjaradan meninggalkan Tanah Air, namun dari wajahnya tergambar kecerahan dan kegembiraan, dengan kondisi fisik yang kokoh dan tegap seperti gaya khas seorang prajurit KKO AL yang tertempa. Tidak terlihat rasa takut dan gelisah yang membebani mereka, walaupun sebentar lagi tiang gantungan sudah menunggu.
Keduanya segera mengambil sikap sempurna dan memberikan hormat serta memberikan laporan lengkap, ketika Letkol Gani Djemat SH memperkenalkan Brigjen Tjokropranolo sebagai utusan Presiden Suharto. Sikap yang demikian membuat Brigjen Tjokropranolo hampir tak dapat menguasai diri dan terasa berat untuk menyampaikan pesan.
Pertemuan ini membawa suasana haru, sebagai pertemuan Bapak dan Anak yang mengantarkan perpisahan yang tak akan bertemu lagi untuk selamanya. Hanya satu-satunya pesan yang disampaikan adalah bahwa Presiden Suharto telah menyatakan mereka sebagai Pahlawan dan akan dihormati oleh seluruh rakyat Indonesia, kemudian menyampaikan salut atas jasa mereka berdua terhadap Negara.
Sebagai manusia beragama, Brigjen Tjokropranolo mengingatkan kembali supaya tetap teguh, tawakal dan berdoa, percayalah bahwa Tuhan selalu bersama kita. Kolonel A. Rambli dalam kesempatan itu pula menyampaikan, bahwa Presiden Suharto mengabulkan permintaan mereka untuk dimakamkan berdampingan di Indonesia.
Sebelum berpisah Usman dan Harun dengan sikap sempurna menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Presiden RI Jenderal Suharto atas usahanya, kepada Jenderal Panggabean, kepada mahasiswa dan pelajar, Sarjana Hukum, dan Rakyat Indonesia yang telah melakukan upaya kepadanya. Pertemuan selesai, Sersan KKO Usman memberikan aba-aba, dan keduanya memberi hormat
Menjalani Hukuman Mati
Pada saat ketiga pejabat Indonesia meninggalkan penjara Changi, Usman danHarun kembali masuk penjara, tempat yang tertutup dari keramaian dunia.Usman dan Harun termasuk orang-orang yang teguh terhadap agama.
Mereka berdua adalah pemeluk agama Islam yang saleh. Di alam yang sepi itu menambah hati mereka semakin dekat dengan pencipta-Nya. Karena itu empat tahun dapat mereka lalui dengan tenang. Mereka selalu dapat tidur dengan nyenyaknya walaupun pelaksanaan hukuman mati semakin dekat.
Pemerintah dan rakyat Indonesia mengenang kembali perjuangan kedua pemuda ini dan dengan keharuan ikut merasakan akan nasib yang menimpa mereka.Sedangkan Usman dan Harun dengan tenang menghuni penjara Changi yang sepi dan suram itu.
Mereka menghuni ruangan yang dibatasi oleh empat dinding tembok, sedangkan di luar para petugas terus mengawasi dengan ketat. Usman dan Harun yang penuh dengan iman dan taqwa dan semangat juang yang telah ditempa oleh Korpsnya KKO AL menambah modal besar untuk memberikan ketenangan dalam diri mereka yang akan menghadapi maut.
Di penjara Changi, pada hari itu udara masih sangat dingin suasana mencekam,tetapi dalam penjara Changi kelihatan sibuk sekali. Petugas penjara sejak sore sudah berjaga-jaga, dan pada hari itu tampak lebih sibuk lagi.
Di sebuah ruangan kecil dengan terali-terali besi rangkap dua Usman dan Harun benar-benar tidur dengan pulasnya. Meskipun pada hari itu mereka akan menghadapi maut, namun kedua prajurit itu merasa tidak gentar bahkan khawatir pun tidak.
Dengan penuh tawakal dan keberanian luar biasa mereka akan menghadapi tali gantungan.Sikap kukuh dan tabah ini tercermin dalam surat-surat yang mereka tulis pada tanggal 16 Oktober 1968, yang tetap melambangkan ketegaran jiwa dan menerima hukuman dengan gagah berani.
Betapa tabahnya mereka menghadapi kematian, hal in dapat dilihat dari surat-surat mereka yang dikirimkan kepadakeluarganya.
Sebagian Surat Usman yang berbunyi sebagai berikut:
Berhubung tuduhan dinda yang bersangkutan maka perlu anak anda menghaturkan berita duka kepangkuan Bunda sekeluarga semua di sini bahwa pelaksanaan hukuman mati ke atas anakanda telah diputuskan pada 17 Oktober 1968, hari Kamis 24 Rajab 1388.
Sebagian isi surat dari Harun sebagai berikut:
Bersama ini adindamu menyampaikan berita yang sangat mengharukan seisi kaum keluarga di sana itu ialah pada 14-10-1968 jam 10.00 pagi waktu Singapura rayuan adinda tetap akan menerima hukuman gantungan sampai mati.
Menghadapi Tiang Gantungan
Pukul 05.00 subuh kedua tawanan itu dibangunkan oleh petugas penjara,kemudian disuruh sembahyang menurut agamanya masing-masing. Sebenarnya tanpa diperintah ataupun dibangunkan Usman dan Harun setiap waktu tidak pernah melupakan kewajibannya untuk bersujud kepadaTuhan Yang Maha Esa. Karena sejak kecil kedua pemuda itu sudah diajar masalah keagamaan dengan matang.
Setelah melakukan sembahyang Usman dan Harun dengan tangan diborgol dibawa oleh petugas ke kamar kesehatan untuk dibius. Dalam keadaan terbius dan tidak sadar masing-masing urat nadinya dipotong oleh dokter tersebut, sehingga mereka berdua lumpuh sama sekali.
Dalam keadaan, lumpuh dan tangan tetap diborgol, Usman dan Harun dibawa petugas menuju ke tiang gantungan.Tepat pukul 06.00 pagi hari Kamis tanggal 17 Oktober 1968 tali gantungan dikalungkan ke leher Usman dan harun.
Pada waktu itu pula seluruh rakyat Indonesia yang mengetahui bahwa kedua prajurit Indonesia digantung batang lehernya tanpa mengingat segi-segi kemanusiaan menundukkan kepala sebagai tanda berkabung. Kemudian mereka menengadah berdoa kepada Illahi semoga arwah kedua prajurit Indonesia itu mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya. Mereka telah terjerat di ujung tali gantungan di negeri orang, jauh dari sanak keluarga, negara dan bangsanya. Mereka pergi untuk selama-lamanya demi kejayaan Negara, Bangsa dan Tanah Air tercinta.
Eksekusi telah selesai, Usman dan Harun telah terbujur, terpisah nyawa dari jasadnya. Kemudian pejabat penjara Changi keluar menyampaikan berita kepada para wartawan yang telah menanti dan tekun mengikuti peristiwa ini, bahwa hukuman telah dilaksanakan. Dengan sekejap itu pula tersiar berita ke seluruh penjuru dunia menghiasi lembaran mass media sebagai pengumuman terhadap dunia atas terlaksananya hukuman gantungan terhadap Usman danHarun.
Bendera Merah Putih telah dikibarkan setengah tiang sebagai tanda berkabung. Sedangkan masyarakat Indonesia yang berada di Singapura berbondong-bondong datang membanjiri Kantor Perwakilan Indonesia dengan membawa karangan bunga sebagai tanda kehormatan terakhir terhadap kedua prajuritnya.
Begitu mendapat berita pelaksanaan eksekusi, Pemerintah Indonesia mengirim Dr. Ghafur dengan empat pegawai Kedutaan Besar RI ke penjara Changi untuk menerima kedua jenazah itu dan untuk dibawa ke Gedung Kedutaan Besar RI untuk disemayamkan. Akan tetapi kedua jenazah belum boleh dikeluarkan dari penjara sebelum dimasukkan ke dalam peti dan menunggu perintah selanjutnya dari Pemerintah Singapura.
Pemerintah Indonesia mendatangkan lima Ulama untuk mengurus kedua jenazah di dalam penjara Changi. Setelah jenazah dimasukkan ke dalam peti, Pemerintah Singapura tidak mengizinkan Bendera Merah Putih yang dikirimkan Pemerintah Indonesia untuk diselubungkan pada peti jenazah kedua Pahlawan tersebut pada saat masih di dalam penjara. Pukul 10.30 kedua jenzah baru diizinkan dibawa ke Kedutaan Besar RI.
Mendapat penghormatan terakhir dan Anugerah dari Pemerintah  
Setelah mendapatkan penghormatan terakhir dari masya rakat Indonesia di KBRI, pukul 14.00 jenazah diberangkatkan ke lapangan terbang di mana telah menunggu pesawat TNI-AU yang akan membawa ke Tanah Air.
Pada hari itu Presiden Suharto sedang berada di Pontianak meninjau daerah Kalimantan Barat yang masih mendapat gangguan dari gerombolan PGRS dan Paraku. Waktu Presiden diberitahukan bahwa Pemerintah Singapura telah melaksanakan hukuman gantung terhadap Usman dan Harun, maka Presiden Suharto menyatakan kedua prajurit KKO-AL itu sebagai Pahlawan Nasional.
Pada pukul 14.35 pesawat TNI-AU yang khusus dikirim dari Jakarta meninggalkan lapangan terbang Changi membawa kedua jenazah yang telah diselimuti oleh dua buah bendera Merah Putih yang dibawa dari Jakarta.
Padahari itu juga, tanggal 17 Oktober 1968 kedua Pahlawan Usman dan Harun telah tiba di Tanah Air. Puluhan ribu, bahkan ratusan ribu rakyat Indonesia menjemput kedatangannya dengan penuh haru dan cucuran air mata. Sepanjang jalan antara Kemayoran, Merdeka Barat penuh berjejal manusia yang ingin melihat kedatangan kedua pahlawannya, pahlawan yang membela kejayaan Negara, Bangsa dan Tanah Air.
Setibanya di lapangan terbang Kemayoran kedua jenazah Pahlawan itu diterima oleh Panglima Angkatan Laut Laksamana TNI  R. Muljadi dan seterusnya disemayamkan di Aula Hankam Jalan Merdeka Barat sebelum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Pada upacara penyerahan kedua jenazah Pahlawan ini menimbulkan suasana yang mengharukan. Di samping kesedihan yang meliputi wajah masyarakat yang menghadiri upacara tersebut, di dalam hati mereka tersimpan kemarahan yang tak terhingga atas perlakuan negara tetangga yang sebelumnya telah mereka anggap sebagai sahabat baik.
Pada barisan paling depan terdiri dari barisan Korps Musik KKO-AL yang memperdengarkan musik sedih lagu gugur bunga, kemudian disusul dengan barisan karangan bunga. Kedua peti jenazah tertutup dengan bendera Merah Putih yang ditaburi bunga di atasnya. Kedua peti ini didasarkan kepada Inspektur Upacara Laksamana TNI R. Mulyadi yang kemudian diserahkan kepada Kas Hankam Letjen TNI Kartakusumah di Aula Hankam.
Di belakang peti turut mengiringi Brigjen TNI Tjokropranolo dan Kuasa UsahaRI untuk Singapura Letkol M. Ramli yang langsung mengantar jenazah Usman dan Harun dari Singapura. Suasana tambah mengharukan dalam upacara ini karena baik BrigjenTjokropranolomaupun Laksamana R. Muljadi kelihatan meneteskan air mata.
Malam harinya, setelah disemayamkan di Aula Hankam mendapat penghormatan terakhir dari pejabat-pejabat Pemerintah, baik militer maupun sipil. Jenderal TNI Nasution kelihatan bersama pengunjung melakukan sembahyang dan beliau menunggui jenazah Usman dan Harun sampai larut malam.
Tepat pukul 13.00 siang, sesudah sembahyang Jum’at, kedua jenazah diberangkatkan dari Aula Hankam menuju ke tempat peristirahatan yang terakhir. Jalan yang dilalui iringan ini dimulai Jalan Merdeka Barat, Jalan M.H. Thamrin, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Gatot Subroto, Jalan PasarMinggu dan akhirnya sampai Kalibata.
Sepanjang jalan yang dilalui antara Merdeka Barat dan Kalibata, puluhan ribu rakyat berjejal menundukkan kepala sebagai penghormatan terakhir diberikan kepada kedua Pahlawannya. Turut mengiringi dan mengantar kedua jenazah ini, pihak kedua keluarga, para Menteri Kabinet Pembangunan.
Laksamana R. Muljadi, Letjen Kartakusumah, Perwira-perwin Tinggi ABRI, Korps Diplomatik, Ormas dan Orpol, dan tidak ketinggalan para pemudadan pelajar serta masyarakat. Upacara pemakaman ini berjalan dengan penuh khidmat dan mengharukan. Bertindak sebagai Inspektur Upacara adalah Letjen Sarbini. Atas nama Pemerintah Letjen Sarbini menyerahkan kedua jasad Pahlawan ini kepada Ibu Pertiwi dan dengan diiringi doa semoga arwahnya dapat diberikan tempat yang layak sesuai dengan amal bhaktinya.
Dengan didahului tembakan salvo oleh pasukan khusus dari keempat angkatan, peti jenazah diturunkan dengan perlahan-lahan ke liang lahat. Suasana bertambah haru setelah diperdengarkan lagu Gugur Bunga.
Pengorbanan dan jasa yang disumbangkan oleh Usman dan Harun terhadap Negara dan Bangsa maka Pemerintah telah menaikkan pangkat mereka satu tingkat lebih tinggi yaitu Usmar alias Janatin bin Haji Muhammad Ali menjadi Sersan Anumerta KKO dan Harun alias Tohir bin Mandar menjadi Kopral Anumerta KKO. Sebagai penghargaan Pemerintah menganugerahkan tanda kehormatan BintangSakti dan diangkat sebagai Pahlawan Nasional.
Usman Janatin bin H. Ali Hasan (lahir di Dukuh Tawangsari, Desa Jatisaba, Kecamatan Purbalingga, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, 18 Maret 1943 – meninggal di Singapura, 17 Oktober 1968 pada umur 25 tahun) adalah salah satu dari dua anggota KKO (Korps Komando Operasi; kini disebut Marinir) Indonesia yang ditangkap di Singapura pada saat terjadinyaKonfrontasi dengan Malaysia.

Tohir bin Said. (Lahir di Pulau Bawean tanggal 4 April 1943): Anak ketiga dari Pak Mandar dengan ibu Aswiyani, yang kemudian terkenal menjadi Pahlawan Nasional dengan nama Harun.

Tuesday, 20 January 2015

Cara Cepat Dapat Uang Banyak Dari Mengikuti Survey Online


Cara Cepat Dapat Uang Banyak Dari Mengikuti Survey Online

Ikut isi survey online merupakan salah satu dari sekian banyak cara untuk menghasilkan uang dari internet. Namun, dari sekian banyak cara mendapatkan uang dari internet yang ada, saya pribadi merasa mengikuti survey online termasuk yang terbaik, alasan pertama karena kita bisa dapat uang secara cepat, hal ini jelas tidak berlaku jika kita mencari uang di internet dengan menjadi publisher blog, yang notabenya membutuhkan waktu berbulan-bulan dan baru bisa mendapatkan penghasilan rupiah / dollar, untuk alasan kedua adalah karena ikut isi survey online ini termasuk pekerjaan yang mudah, ya saya katakan mudah karena pertanyaan dari survey tersebut hanya seputar kegiatan sehari-hari.

Meskipun kita bisa dapat uang dengan cepat dari mengikuti survey online, namun penghasilan yang didapat tidak bisa dikatakan besar, bahkan terbilang kecil, jadi cukup jadikan isi survey online ini sebagai penghasilan tambahan saja, jangan sampai dijadikan sebagai pekerjaan utama.

Baik, kita kembali ke topik, sebenarnya 'bagaimana cara cepat mendapatkan uang dari ikut survey online ?', Langkah awal kita perlu mencari tahu situs mana saja yang menyediakan survey online, dan yang saya tahu sejauh ini ada 5 situs :

  • Ipanel
  • Income Kit
  • Wwsurvey
  • Nusaresearch (pulsa)
  • Mcent (pulsa)

Dari kelima situs survey online tersebut tidak semua membayar dalam bentuk uang (rupiah / dollar) yang ditransfer via paypal, karena ada beberapa yang membayar dalam bentuk pulsa.

Dan tentu saja, disini saya tidak akan menjelaskan bagaimana cara mengikuti survey online dari kelima situs tersebut, melainkan hanya akan saya jelaskan cara dapat uang dari isi survey di Ipanel Online saja 'kenapa Ipanel ?' karena uang yang bisa kita dapatkan dari survey online di situs ini cukup banyak dan bisa langsung ditransfer via PayPal.

Cara Mendaftar dan Membuat Akun di iPanel Online


Untuk mendapatkan uang dari iPanel Online, kita perlu mendaftar dan membuat akun terlebih dahulu. Sekedar informasi saja, bahwa iPanel Online ini memiliki banyak sekali panel di berbagai negara dan kabar baiknya negara Indonesia merupakan salah satu panel mereka. Langsung saja ikuti langkah-langkah berikut ini untuk daftar di iPanel Online.

  1. Kunjungi situs iPanel Online Indonesia disini http://id.ipanelonline.com/register?inviter_id=2498878



    Silahkan log in jika Anda sudah punya akun, namun jika belum silahkan klik 'Pengguna Baru' untuk membuat akun baru di iPanel Online.
  2. Masukkan nama, email dan password

    Cara Mendaftar dan Membuat Akun di iPanel Online 2

    Pastikan email yang Anda gunakan untuk mendaftar adalah email aktif, karena dari email itulah, link konfirmasi akan dikirim oleh pihak iPanel Online.
  3. Verifikasikan email Anda

    Cara Mendaftar dan Membuat Akun di iPanel Online 3

    Buka email yang Anda gunakan saat mendaftar di iPanel Online tadi, cari dan buka email dari iPanel, lalu klik link yang ada di dalam email tersebut.
  4. Masukkan informasi kontak

    Cara Mendaftar dan Membuat Akun di iPanel Online 4

    Setelah email terverifikasi, selanjutnya isi kontak diri Anda, jika semua data yang diminta sudah terisi, silahkan klik tombol Submit.
  5. Masukkan informasi dasar

    Cara Mendaftar dan Membuat Akun di iPanel Online 5

    Informasi dasar adalah informasi yang berkaitan dengan pendidikan, status pekerjaan dan jumlah penghasilan, hal ini digunakan oleh iPanel Online untuk menyesuaikan survey yang diberikan kepada Anda.
  6. Selesaikan pendafataran Anda di iPanel Online


    Ini merupakan tahap akhir pendaftaran akun di Ipanel Online, artinya sampai sini Anda sudah berhasil membuat 1 akun di iPanel Online, selanjutnya Anda hanya perlu untuk Log In dan Isi Survey.

Setelah kita mendapatkan akun iPanel Online, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan poin, poin-poin inilah yang nantinya bisa kita tukar dengan uang dollar yang dikirim via PayPal. Untuk mendapatkan poin dari iPanel Online kita perlu mengerjakan survey, survey yang ditawarkan oleh pihak iPanel Online ada bergam, penjelasannya bisa Anda baca dibawah.

Cara Mendapatkan Uang dari Ikut Isi Survey di iPanel Online


Secara garis besar ada dua jenis Survey yang bisa Anda ikuti, survey yang pertama adalah Survey Mini dan yang kedua adalah Survey Bisnis. Sesuai namanya, survey mini akan memberikan kita poin (uang) yang lebih kecil dibanding survey bisnis, namun task / tugas yang diberikan untuk survey mini lebih mudah dibanding survey bisnis.

  1. Klik menu Quick Survey



    Setelah log in ke akun iPanel Online, akan terdapat banyak menu seperti Online Survey, Quick Survey, My Pont, dll. Silahkan pilih Quick Survey untuk melihat Survey yang tersedia.
  2. Pilih Survey yang ingin Anda kerjakan



    Pada halaman Quick Survey inilah kita bisa melihat survey apa saja yang tersedia untuk kita kerjakan, sebagai contoh pada akun saya tesedia 4 survey, pilih salah satu untuk mulai mengikuti isi survey dan mendapatkan poin.
  3. Kerjakan dengan Mengisi Survey hingga selesai

    Cara Dapat Uang dari Ikut Isi Survey Online 3

    Klik tombol 'next' untuk masuk ke survey. Survey bisa berupa pertanyaan dan bisa juga berupa task / tugas yang harus dikerjakan seperti memasukkan email.

Cara lain untuk mendapatkan uang dari iPanel Online adalah dengan mengajak orang lain bergabung dengan iPanel Online melalui link referral akun Anda. Meskipun hasilnya tidak terlalu besar, namun jika jumlah referral yang Anda miliki banyak, maka bisa dipastikan hasilnya juga akan lumayan.

Cara Melakukan Penarikan Pembayaran / Payout dari iPanel Online


Untuk melakuakan Payout (PO) kita perlu melakukan settingan dasar pada Payment Account. Untuk lebih jelasnya bagaimana cara mengisi dan meminta pembayaran dari iPanel Online bisa Anda ikuti caranya dibawah ini.

  1. Klik 'Payment Account'

    cara melakukan payout dari ipanel online

    Pada profil / dashboard akun iPanel Online, klik Payment Account untuk melakukan settingan pembayaran yang ingin Anda gunakan.
  2. Klik 'Set Account'

    cara melakukan payout dari ipanel online 2

    Selanjutnya silahkan Anda isi informsasi yang diminta, jika ada data yang tidak Anda miliki (misal: no fax) isikan tanda - (tanda penghubung).

Sekedar informasi saja bahwa saat ini iPanel Online menggunakan lebih dari 7 Payment Processor, kelimat payment processor tersebut adlaah visa, mastercard, check, wire transfer. paypal. google checkout dan alipay.

Bukti Pembayaran iPanel Online


Saya pribadi belum lama ikut survey di iPanel Online, jadi uang atau saldo yang terkumpul belum mencukupi untuk melakukan payout, namun jika Anda mau mencari bukti-bukti pembayaran iPanel Online di Google, maka saya yakin Anda akan mendapatkan ratusan bahkan ribuan bukti dari teman-teman lain yang sudah lama berkecimpung di dunia bisnis online dengan ikut isi survey online di Ipanel Online Indonesia ini.

Sebenarnya saya bisa saja mengcopy screenshot payout dari teman-teman lain, lalu saya masukkan di artikel ini, tetapi hal tersebut pastinya akan membuat mereka murka, karena saya memakai foto tanpa seizin mereka, jadi dengan segala kerendahan diri jika Anda butuh bukti pembayaran iPanel Online silahkan Anda cari melalui Google.

Intinya, jika ingin dapat uang banyak secara cepat dari iPanel Online, maka saran saya sering-sering lah untuk mengikuti dan mengisi survey, selain itu jangan lupa untuk mencari referral, karena jika kita memiliki banyak referral, maka kita juga akan mendapatkan banyak komisi.

Monday, 19 January 2015

KRI Usman Harun dalm pencarian Air Asia QZ 8501

Ada yang menarik dalam episode pencarian pesawat Airasia di laut Jawa ketika KRI Bung Tomo 357 yang baru seminggu ikut kafilah BASARNAS mencari dan menemukan korban pesawat rute Surabaya-Singapura itu, ditarik dari kontingen SAR lalu digantikan dengan KRI Usman Harun 359.  Logika operasional sebuah kapal perang sekelas KRI Bung Tomo adalah 20 hari tanpa bekal ulang. Artinya selama waktu itu mampu menjalankan tugas operasi militer ataupun operasi militer selain perang.

Sepertinya sih ingin menguji nyali Singapura yang sempat emosional dengan penamaan kapal perang baru Indonesia yang dibeli dari Inggris, dengan nama KRI Usman Harun. Singapura menganggap penamaan kapal perang itu tidak pantas untuk meyandang nama dua orang KKO Indonesia (sekarang marinir) yang dihukum gantung di Singapura karena perbuatan terornya pada masa Dwikora. Padahal penghukuman mati itu sendiri sangat menyakitkan rakyat Indonesia. Tetapi dengan kedatangan PM Lee Kuan Yew tahun 1973 ke Indonesia dan berziarah ke makam kedua pahlawan bangsa itu, persoalan sejarah kelam telah tutup buku.
KRI Banda Aceh 593 dalam operasi SAR Airasia
Pergantian KRI Bung Tomo dengan KRI Usman Harun dalam operasi SAR terbesar di Indonesia itu ternyata tidak membuat Singapura menarik kedua kapal perangnya dari Laut Jawa.  Dan tetap ikut serta dalam kafilah kemanusiaan yang mulia sebagai akibat musibah Airasia.  Singapura tentu tidak ingin disorot dunia jika menarik diri dari operasi militer selain perang itu hanya karena ketersinggungan pada sebuah nama. Kita angkat topi dengan kedewasaan cara pandang dan cara langkah pemerintah Singapura utamanya Kementerian Pertahanan yang lebih mengutamakan misi kemanusiaan daripada mengumbar emosi terhadap KRI Usman Harun.

Kebijakan sebuah negara untuk memberi penamaan terhadap asset militernya tidak bisa diintervensi oleh negara manapun dan oleh sebab apapun.  Negara adalah eksistensi bangsa yang memiliki kekuatan martabat, derajat dan harga diri yang tak bisa ditawar untuk menentukan kebijakan dan cara bernegara berdasarkan kesepakatan final elemen sumber daya didalamnya. Indonesia dalam menjalankan harkat dan martabatnya di medan pergaulan antarbangsa tidak ingin mencampuri cara pandang bangsa lain dalam pola berbangsanya. Itu juga yang diharapkan Indonesia sepanjang sejarah perjalanannya, tidak ingin negara lain ikut campur dalam pola kebijakan yang dijalankan berdasarkan harkat dan martabat itu.

Singapura mestinya sudah memahami itu. Perjalanan berbangsa dan antarbangsa di kemudian hari akan mampu menjelaskan bahwa kebesaran Republik Indonesia tidak akan terbendung lagi dan tidak akan mampu dilakoni dengan patron mendikte oleh negeri pulau itu.  Perjalanan pertumbuhan ekonomi kesejahteraan yang dilalui bangsa ini sedang dan akan menjelma menjadi kekuatan ekonomi besar dunia.  Sekarang saja PDB kita sudah menjadi nomor satu di ASEAN.  Belum lagi perkuatan militer yang terus menerus dilakukan diniscayakan akan menjadikan negeri ini yang terkuat di ASEAN sebagaimana didengungkan oleh Presiden Jokowi baru-baru ini.
Salah satu kapal modern BASARNAS jenis catamaran
Semangat bertetangga dan memahami dinamika bertetangga harus bisa dijalankan dengan irama kesantunan, bukan irama mendikte karena merasa lebih sejahtera dan kaya.  Yang tidak bisa tergantikan atau terkalahkan dari Republik Indonesia terhadap Singapura adalah wilayahnya yang luas, kaya sumber daya alam, jumlah penduduknya  yang besar, memiliki semangat nasionalis patriotik. Sementara saat ini dan seterusnya sumber daya manusianya semakin cerdas, tingkat kesejahteraan semakin baik, kekuatan ekonomi Indonesia menjadi penentu bukan lagi pengikut, kekuatan militer kita semakin gahar dan bangsa ini mampu menjalankan nilai demokrasi yang egaliter.

Dalam perspektif itu kita melihat Singapura sudah bisa membaca tanda-tanda perubahan jaman, tanda-tanda perkuatan ekonomi dan militer Indonesia yang tak terbendung lagi.  Dalam bingkai itu mestinya Singapura tidak melihat negeri ini sebagai ancaman melainkan sebagai mitra kerjasama ekonomi yang simbiosis mutualistis. Sementara kekuatan militer masing-masing negara sejatinya adalah mengawal kerjasama ekonomi untuk kesejahteraan dan kesetaraan.  Kekuatan militer yang dimiliki adalah untuk menjaga posisi kehormatan dan martabat masing-masing negara untuk tetap berlaku wajar dalam bingkai kerjasama antartetangga.

Militer Indonesia telah mampu menunjukkan manajeman operasi militer selain perang seperti yang ditunjukkan dalam operasi Airasia.  Singapura menyaksikan itu dan boleh jadi menjadi pembelajaran bagi negaranya.  Bahwa tidak boleh menganggap enteng kemampuan militer Indonesia, ketangguhan dan kecakapan prajurit TNI, berbagai jenis alutsista yang disertakan, koordinasi antar satuan semua berjalan cemerlang dan itu disaksikan oleh dunia dengan kagum.

Memperlihatkan cara pandang kekanak-kanakan hanya dalam soal penamaan kapal perang diharapkan menjadi bab akhir dalam pola egoisme bertetangga. Kedepan nilai pertetanggaan yang dibangun dengan semangat kerjasama akan menjadi kekuatan sinergitas ekonomi tak tergantikan. Sepanjang jaman ini Indonesia dan Singapura juga ASEAN ditakdirkan hidup berdampingan.  Catatan perjalanannya adalah jika kekuatan ekonomi dan militer kita lemah, kita mudah didikte.  Maka perkuatan ekonomi dan militer kita yang sedang bergelora dan digelorakan saat ini adalah jawaban dari catatan perjalanan itu.  Singapura sudah membaca itu dan boleh jadi sudah mulai tahu diri.

Sumber : http://analisisalutsista.blogspot.com/

Mengukur Nyali Malaysia

Pasukan Marinir embarkasi menuju Ambalat
Belum pernah dalam sejarah perjiranan selama  lebih 4 dekade dilontarkan pernyataan bernada provokatif dari seorang Menlu Malaysia agar pemerintah Indonesia segera menghentikan aksi-aksi demo warga negaranya sebab kalau tidak kesabaran rakyat Malaysia ada batasnya, Wow, apa pasal ni Pak Cik, bukankah sebab musababnya perkara ini adalah penangkapan 3 orang petugas KKP Indonesia oleh Polis Marine Malaysia di perairan Indonesia.  Lalu akibatnya ada demo ikhwan nasionalis di Kedubes pakai lempar kotoran manusia.  Akibat perkara dimegaphonekan di media Malaysia, sementara sebab perkara tak tampak di depan mata walau sebesar gajah.

Bukankah ini arogansi dari sebuah etika bertetangga, bukankah ini statemen keangkuhan dari sebuah negeri yang sudah merasa lebih makmur, atau memang sengaja dikumandangkan sebagai bagian dari uji nyali kepada tetangganya yang sepuluh kali lebih besar dari dirinya.  Kalau dibandingkan dengan cara bertetangga dari seluruh warga dunia, mungkin hanya pertetanggaan rakyat Indonesia dan Malaysia yang paling heboh hiruk pikuknya.  Inggris dan Perancis walau ada gengsi sejarah, tidak juga seriak dengan dua bangsa serumpun ini.

Membandingkan dinamika Indonesia dan Malaysia bisa juga ditarik dengan melihat pola hubungan India – Pakistan yang posisi jumlah penduduknya 10 :1.  Sama-sama dimerdekakan Inggris lalu berpisah karena perbedaan agama, sepanjang sejarahnya mereka telah berperang sebanyak 2 kali.  Yang terakhir mengakibatkan Pakistan Timur menjadi Bangladesh tahun 1971.  Sepanjang persaingan itu keduanya melakukan lomba persenjataan dan akhirnya sama-sama punya senjata nuklir.  Dalam dinamika itu Pakistan terlihat lebih agressif, lebih cerewet dan banyak melakukan manuver gertak sambal.  Terakhir ketika ada penembakan oleh teroris di Bombay hampir saja terjadi perang antara kedua bangsa, namun India mampu meredam emosinya dengan menahan diri dan mengelus dada.

Nyali Malaysia agak mirip dengan agresivitas Pakistan, biasalah yang lebih kecil biasanya lebih banyak sundulannya agar kelihatan lebih jago.  India cenderung lebih kalem  namun secara diam-diam memperkuat militernya menjadi seperti yang sekarang ini.  

Malaysia merasa dia lebih kuat militernya dibanding Indonesia hanya karena arsenalnya lebih modern, tapi dia lupa  spirit tempur bukan ditentukan oleh kelengkapan senjata.  Ingat sejarah terusirnya AS di Vietnam atau Rusia dan Afghanistan, apa yang kurang dari dua negara besar ini, senjatanya luar biasa dan modern tapi kalah juga.  Jangan lupa Angkatan Udara tidak dapat memenangkan pertempuran, ibu dari segala perang adalah Angkatan Darat.

Seandainya Leadership kita tegas dan tanggap dalam menjawab dinamika perkembangan yang terjadi dengan Malaysia, kita yakin nyali Malaysia tak sampai memberi kesan kita pecundang dia pemenang.  Tegas bukan berarti ngajak perang tapi kekuatannya terletak pada kegagahan diplomasi.  Bisa saja diucapkan statemen seperti ini: “Dinamika bertetangga adalah mengawal hubungan atas dasar kepentingan bersama.  Manakala pola ini dicederai dengan statemen provokatif, maka Indonesia akan lebih memperhatikan harga dirinya sebagai bangsa.  Kami juga tidak segan-segan untuk menarik seluruh TKI yang ada di Malaysia atau melakukan travel warning bagi warga kami yang akan bepergian ke Malaysia.  Kami memang masih kalah makmur dengan Malaysia, kami sudah terbiasa hidup susah, namun harga diri dan rasa nasionalis bangsa kami sudah terbukti dalam sejarah perjalanan bangsa ini.  Oleh sebab itu jangan coba-coba memprovokasi bangsa dan rakyat kami karena tindakan balasan kami  akan memberi rasa kejut yang tak terduga”.

Seandainya statemen itu yang digemakan di Mabes TNI, kita sangat yakin nyali Malaysia akan ciut dan tidak lagi melontarkan statemen bernada ancaman.  Argumennya sederhana, Negara baru makmur atau orang kaya baru biasanya banyak polah, banyak tingkah dan pamer diri untuk sebuah pengakuan, namun ruang nyalinya rapuh karena takut ini dan takut itu.

Sumber :  http://analisisalutsista.blogspot.com/

Gungho Band batalyon infanteri -1 marinir (pergi demi tugas pulang untuk cinta)

Lagu Lagu Kopasus

Derap Langkah